Thursday, 6 June 2013

Hati Seluas Samudera

Seperti kita semua ketahui dalam dunia keprajuritan ada tingkatan-tingakatan kalau tidak mau disebut kasta-kasta. Dan untuk masuk ke jenjang tertentu ada test dan proses pendidikan yang harus dilewati dengan tidak mudah. Seorang tamtama untuk naik menjadi seorang Bintara harus melalui Secaba, seorang Bintara untuk menjadi seorang Perwira pertama harus melalui Secapa, dan seorang Perwira pertama untuk menjadi seorang Perwira Menengah harus melewati Selapa, berikutnya untuk naik ke jenjang yang lebih tinggi lagi ada Sesko maupun Sesko TNI. Jika seorang anggota prajurit mampu melewati hingga tahap tertinggi maka pangkat dan Jabatan akan mengikuti. Tapi……tidak semua anggota TNI mampu melewati hingga jenjang tertinggi, banyak hal bisa menjadi penghambat mungkin karena faktor umur…(ada batasan umur bagi yang ingin mengikuti test pendidikan), selain itu juga faktor peraturan kadangkala peraturan hanya membatasi hingga pendaftaran test sampai dengan 3 kali, apabila lebih dari itu tidak dapat mengikuti test kembali. Akibatnya bagi prajurit yang tidak mengikuti pendidikan adalah, tidak mendapat kenaikan pangkat seperti halnya yang sekolah. Makanya menjadi hal biasa jika seorang yang awalnya junior pangkatnya mendahului yang dulu menjadi seniornya, begitu juga sebaliknya yang tadinya senior karena tidak sekolah pangkatnya di dahului oleh juniornya.
Sebagai seorang istri prajurit, mau tidak mau kita sangat terpengaruh terhadap kepangkatan suami. Jika suami menjabat sebagai Komandan, istrinya menjabat sebagai ketua Persit di kantor suami. Dan bagaimana sikap kita jika dulu anggota suami kita sekarang menjadi atasan kita. Yang ingin saya bahas adalah ketika kita menjadi Senior yang kemudian menjadi junior maupun junior yang kemudian menjadi Senior.
1. Senior yang kemudian menjadi Junior
Hal ini bisa terjadi apabila seorang anggota prajurit tidak mengikuti pendidikan spt tsb diatas dikarenakan oleh beberapa hal. Biasanya senior usianya lebih tua daripada juniornya, tapi karena si Junior mengikuti pendidikan utk kenaikan Jabatan sehingga si Junior yang lebih muda ini memperoleh jabatan dan kepangkatan lebih tinggi daripada si Senior. Akibatnya yang tadinya komandannya malah bisa berbalik menjadi bawahannya. Dibutuhkan “ Hati seluas Samudra” ketika kita harus menghadapi kenyataan bahwa yang dulu menjadi bawahan kita sekarang menjadi komandan kita atau berada diatas kita. Sebagai seorang istri kita harus menyadari bahwa rejeki di tangan Allah. Mungkin rejeki suami kita tidak di situ. Tidak perlu merasa rendah diri , tetap bersikap hormat terhadap atasan meskipun atasan tersebut dulu adalah bawahan kita. Rejeki tidak hanya di jabatan dan pangkat, siapa tahu rejeki itu ada di anak2 kita, meskipun suami tidak mengikuti pendidikan tapi kita mempunyai anak2 sehat dan cerdas ataupun mungkin kita punya usaha lain yang jauh lebih baik. Seperti istilah “No Body Perfect “ tidak ada manusia yang sempurna, mereka yang kariernya cepat naiknya pun adakalanya harus dibayar mahal dengan kehancuran keluarga ataupun keutuhan keluarganya. Intinya jangan iri dengan kesuksesan orang lain, percayalah setiap orang mempunyai rejekinya masing2 dan Allah tidak akan salah dalam membagi rejeki baginya hamba Nya. Yang utama, tempatkanlah posisi kita pada tempatnya ketika kita harus menjadi seorang anggota , hormat dan santun kepada atasan tetap dijaga. Untuk itu perlunya menjaga sikap kita kepada siapapun sekalipun itu anggota kita dengan tetap menghargai mereka sebagai pribadi dan tidak berbuat sewenang-wenang. Sebagai mahkluk yang beriman, kita percaya bahwa Allah tahu yang terbaik bagi hambanya, mungkin ini adalah perwujudan cinta Allah kepada hamba Nya, karena setiap pemimpin pasti akan dimintai pertanggungjawaban kelak terhadap apa yang dia pimpin, kalo kita tidak menjadi pemimpin berarti kita terhindar dari tanggung jawab sebagai pemimpin.

2. Junior yang kemudian menjadi Senior
Menjadi junior yang beruntung memperoleh kesempatan mengikuti pendidikan dan mendapat jabatan dan kepangkatan lebih cepat dari seniornya, bahkan mendahului sang senior, tentu lebih mudah bersikap. Tapi ingat… cobaan datang tidak hanya bersifat kesusahan, pangkat dan jabatan adalah cobaan juga, justru banyak orang yang tidak berhasil dengan cobaan kesenangan. Banyak orang lupa diri ketika memperoleh jabatan tinggi, mereka sombong merasa lebih hebat dari yang lain, akibatnya bersikap sewenang2 pada bawahan, tidak menghormati senior yang sekarang jadi bawahannya. Sekali lagi dibutuhkan “Hati seluas Samudra “ untuk tetap rendah hati, low profile, menjaga sikap dan perilaku untuk tetap santun dan hormat meskipun dengan bawahan. Jangan lupa daratan, karena jabatan duniawi sifatnya sementara, jabatan harus dipertanggungjawabkan dunia akhirat, jabatan kita harus diserahkan kepada orang lain bahkan direbut orang lain, tidak ada yang abadi. Kesempatan yang diberikan Allah kepada kita untuk mengemban jabatan dan pangkat lebih tinggi daripada orang lain, harus kita manfaatkan untuk berbuat sesuatu yang bermanfaat bagi orang lain, agar kelak kita bisa mempertanggungjawabkan kepemimpinan kita dihadapan Allah. Belajar dari cara Rasulullah dan sahabat Nabi para khalifah dalam memimpin umat, agar kita tidak menjadi orang yang lupa diri.

Kuncinya kita harus menjadi pribadi yang santun, sopan, hormat dan menghargai orang lain siapa pun juga apakah itu atasan atau bawahan. Percayalah hidup terlalu sebentar untuk disia-siakan jika kita hanya terpaku karena suami tidak kunjung naik pangkat bahkan dibalap oleh juniornya. Kita juga akan menjadi manusia yang sia-sia jika pangkat dan jabatan kita hanya kita gunakan untuk pamer kekuatan atau power sebagai seorang pejabat punya kuasa untuk bersikap sewenang2 pada bawahan. Pangkat dan jabatan adalah amanah yang harus diemban dan dipertanggung jawabkan kelak dikemudian hari.